0

Abigail

Maaf lama nggak update. Ini adalah salah satu cerpenku. Hope you’ll like it.

ABIGAIL

Oleh Ayesha Sophie Sayyida

 

Abigail bisa merasakan tatapan mata-mata di belakangnya saat ia melewati koridor sekolah. 1 …2 …3, ia menghitung dalam hati. Apakah ia sanggup bertahan kali ini untuk tidak berhenti, lalu berbalik menatap mereka semua di belakangnya? Apakah ia sanggup bertahan untuk tidak menangis, lalu mengenang-ngenang lagi sekolah lamanya di Wamena, tempat segalanya begitu menyenangkan dengan hujan dan guruhnya. Sungai dan lumutnya. Dan akhirnya … teman-temannya. 4 …5 …6, ia terus menghitung. Kelasnya sudah dekat. Ia bisa masuk ke situ dan menyembunyikan diri seharian di balik punggung anak-anak di kelasnya. Dia tidak akan bicara atau bersuara. Bahkan, ia akan menahan diri untuk bersin. Bahkan ia akan ….

“Abigail!”

Abigail menoleh ke asal suara. Sheila. Ia memalingkan wajah. 7 …8 …9, ia sudah hampir mencapai ambang pintu kelasnya. Sheila memanggilnya? Abigail mengacuhkan. Bisa jadi ini siasat mereka, ia mengangkat bahu. Namun, Sheila memanggilnya lagi.

“Abigail! Sini, yuk!”

Dengat berat Abigail berhenti, lalu  berbalik arah. Sheila tersenyum. Abigail mengerutkan kening. Lho, ada apa ini?

“Kamu itu dari Wamena kan?” Sheila mendekat.

Abigail mengangguk.

“Ayahmu pindah tugas ke sini ya?”

Seperti robot, Abigail mengangguk lagi. Ia rindu Wamena. Rindu pohon-pohonnya, kicau burungnya. Ia tidak menduga ayah akan dipindahtugaskan ke Padang ini. Padang-Wamena sangat jauh. Lebih 2000 kilometer, kata ibu.

“Wamena itu kayak mana sih? Cerita dong?”

Ragu, lagi-lagi Abigail mengangguk.

“Horeee! Nah, ceritakanlah!” sorak Sheila senang.

Teeeet! Bel berbunyi.

Abigail mendesah lega. Percakapan mereka akan terhenti di situ sampai jam istirahat. Nanti ia akan kabur ke kamar mandi, sampai jam pelajaran berikutnya.

***

Di dalam kelas, Sheila melambaikan tangan dari tempat duduknya. Abigail mengabaikannya. Ia pergi ke meja di pojok belakang kelas. Sheila tampak kecewa. Ketika Bu Mat memasuki kelas, Abigail lega ia tak perlu memandang tampang kecewa Sheila yang dari tadi terus memandanginya.

Saat jam pelajaran usai, Abigail melupakan rencana kaburnya. Kenapa, sih, ia harus kabur dari Sheila? Untung-untung masih ada yang mau berteman dengannya. Semoga saja Sheila memanggilnya lagi, dan ia akan bercerita tentang sekolahnya yang menyenangkan dengan kehadiran teman-temannya di Wamena. Ia keluar kelas, menyusuri koridor hingga sampai di depan ruang kelas satu. Sebuah brosur menempel di situ. ‘Lomba Layang-Layang Untuk Anak SD’. Abigail mengangkat bahu, tak peduli.

Kali ini, Sheila menghampirinya.

“Hei, kenapa sih kamu tadi tidak mau duduk denganku? Dingin, lho, di pojok kelas itu, terus kamu sendirian pula,” ujarnya.

Abigail tertawa. Kikuk. “Iya, maaf,” jawabnya singkat. Ia tidak nyaman. Ia teringat bagaimana hari pertama sekolahnya, ketika dia memasuki ruang kelas. Ia masih ingat cibiran mereka. Dia begitu berbeda dari mereka. Dari bentuk wajah sampai warna kulit. Teman-temannya berkulit coklat muda dan kuning langsat, dia hitam sendirian. Tapi kata ibu, kulitnya tidak berwarna hitam. Kulitnya berwarna smoky quartz. Smoky quartz adalah batu yang sangat indah, yang melambangkan ketabahan dan prinsip hidup yang kuat.

Abigail menarik napas. Ia teringat bagaimana di hari pertama sekolah di sini kakinya dijegal seorang anak sehingga terjatuh, lalu ditertawakan.

Sheila mengangguk. “Ceritakan bagaimana sekolah kamu dulu. Namanya, gurunya, teman-temanmu, pelajarannya, pokoknya semuanya!”

Abigail memandang Sheila sebentar, lalu menjawab.

“Aku bersekolah di  SD YPPK Santo Yusuf. Kalau soal guru, aku punya seorang guru matematika yang lucu sekali,” Abigail teringat dengan gurunya. Itu membuat perasaannya jadi bahagia. “Gara-gara beliau aku jadi ketagihan matematika. Ada pula guru olahragaku yang ketika kami hendak bermain kasti, ia salah bawa bola!

Juga ada temanku, namanya Anne, dia gendut sekali, dia suka apa saja, selain tomat. Pernah kuisengi dia dulu, dengan memberikan tomat yang berlumur cokelat yang sudah membeku. Tahu nggak, dimakannya, setelah itu mukanya memerah, pipinya menggembung, setelah itu dia mengejarku keliling sekolah, hahaha!” tanpa sadar ia tertawa mengenang teman-temannya.

Sheila ikut tertawa. “Bagus juga, kalian berdua sama-sama sehat jadinya.”

Tiba-tiba seseorang lewat. Haris namanya.

“Ih, rambut sarang burung!” serunya.

Abigail menunduk. Keceriaannya yang muncul karena Sheila, tiba-tiba surut. Sheila memandang Haris dengan galak. “Awas kamu, Haris, ya! Asal kamu tahu ya, rambutnya itu cantik sekali!”

“Apa?” Haris tertawa, lalu berlari menjauh.

Sheila berbalik memandang Abigail. “Biarin aja. Toh, nanti dia juga yang kena.”

Digandengnya Abigail. Abigail berjalan risih di sebelahnya, tapi di saat yang sama, ada rasa senang di hatinya karena mendapat teman baru. Sheila membawanya berjalan ke arah penjual sate. “Makan sate yuk, aku traktir,” ajak Sheila.

“Mmm, aku coba deh,” angguk Abigail. Ketika makanan berkuah pedas itu diletakkan di hadapannya,  Abigail tercengang pada warna kuah dan aromanya. Warnanya coklat kemerahan dan sangat harum. Ia mengambil setusuk daging. Ragu-ragu.

Sheila tertawa. “Makan aja, enak kok.”

Abigail memasukkan daging yang berlepotan kuah sate ke mulutnya. Digigitnya, dikunyahnya. Beberapa detik kemudian, ia menyambar air minum.

“Pedassss!” serunya.

Sheila tertawa.

“Tapi enak kan? Eh, kamu tahu nggak, ada lomba layangan? Aku pengen ikut, tapi nggak pandai bikin layangan.”

Abigail terdiam sejenak, lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan pertama Sheila, kepedasan. Dia tahu masakan Padang itu pedas, tapi tidak menyangka akan sepedas ini.

Ish …ish…

***

Keesokan paginya, ketika ia memasuki kelas, seperti biasa, cemoohan terlontar dari setiap sisi kelas. Sheila, yang tampak manis dalam jilbab putihnya yang berpita merah tua, menghampirinya. Abigail merasa terkucil melihat mereka semua. Dipandanginya dirinya sendiri di cermin kelas. Sehelai rambut keriting lengket di pelipisnya. Satu lagi yang membuat Abigail merasa berbeda: teman-temannya berjilbab, ia tidak. Ia beragama Kristen, sementara, teman-teman satu sekolahnya beragama Islam. Dicobanya mengabaikan perasaan itu, tapi begitu   melihat meja-meja digeser ke samping untuk membentangkan sajadah saat solat Duha, perasaan itu muncul lagi.

Sheila sepertinya baru bicara sesuatu, tapi Abigail tak memperhatikan. Pikirannya dipenuhi seribu mengapa. Mengapa aku dibilang aneh? Mengapa aku dibilang jelek? Mengapa aku tidak disukai? Mengapa, mengapa….

“Hei!” kata Sheila membuyarkan lamunannya. “Aku tanya, kamu mau duduk dimana? Biar satu kursi diletakkan untukmu.”

Abigail menghela napas. “Aku duduk di lantai saja, terimakasih.”

“Yakin? Nggak dingin?”

Abigail menggeleng. Ia duduk di luar kelas sambil menunggu teman-temannya selesai salat Duha.

Abigail merasa makin berbeda.

***

“Abigail, kamu bisa bikin layangan nggak?”

Abigail tersentak. Dipandangnya Sheila. Ia terdiam cukup lama sampai menjawab “Ya.”

Sheila tertawa. “Kok lama sekali jawabnya? Eh, betulan nih, kamu bisa?”

Abigail mengangguk.

“Ikut lomba layangan yuk! Dekat kok, dari rumahmu, di lapangan itu lho,” ajak Sheila.

Ragu-ragu, Abigail mengangguk.

“Ya sudah, nanti sepulang sekolah kita cari buluh, oke?”

Abigail mengiyakan.

***

Ketika hari perlombaan, Abigail membawa layangannya, begitu juga dengan Sheila. Tentu saja, disitu juga ada Kevin, jagoan layang-layang kelas mereka, serta beberapa anak yang satu sekolah dengan Abigail.

Kevin mencibir ketika Abigail dan Sheila lewat. Abigail tak mempedulikannya.

Mulai!

Seketika itu juga angkasa seakan berubah menjadi lautan layang-layang. Para anak-anak sibuk mengulur dan menarik benang layangan mereka.

Satu persatu, peserta-pesertanya mulai gugur. Ada yang tak sadar benangnya sudah habis, ada yang terlalu pendek benangnya, ada yang benangnya putus, dan Kevin termasuk ketegori pertama. Dengan kecewa ditatapnya layangannya yang terbang pergi. Layang-layang Abigail dan Sheila sebaliknya. Layang-layang itu masih terbang dengan tenang di angkasa. Abigail terus mengulur benang dengan tenang.  Layang-layangnya makin tinggi hingga hampir mencapai awan. Akhirnya lomba selesai. Dan diantara seluruh wajah-wajah sedih dan kecewa, terlihatlah wajah Kevin yang tampak malu, marah dan bingung bercampur aduk. Karena… Abigail menang! Ya, Abigail dan Sheila juara satu!

***

Esoknya di sekolah….

Ketika Abigail memasuki ruang kelas, seluruh anak di situ menatapnya, dan mulai berbisik-bisik. Abigail berusaha tidak peduli. Tapi, di luar perkiraannya bisikan itu bukan untuk mengejek, tetapi kagum. Iya, Abigail yang selama ini mereka ejek, ternyata juara satu di sebuah lomba layang-layang. Sesuatu yang tidak mereka kira. Pandangan mereka mengikuti Abigail sampai Pak Rinto masuk.

Saat istirahat, Abigail dikerubungi Sheila dan teman-teman ganknya. Lalu, satu demi satu murid-murid sekelasnya ikut bergabung. Mereka mendengarkan kisah Abigail dengan takjub.

“Di Wamena, kakekku adalah seorang pembuat layang-layang yang sangat hebat, serta juara di kampungku. Dari dialah aku belajar,” ujar Abigail menjawab sebuah pertanyaan.

Hari itu, anak-anak di kelas Abigail menyambutnya dengan ramah. Bagi mereka, sungguh hebat sekali ada anak perempuan yang memenangkan perlombaan layang-layang. Selama ini, yang juara selalu anak lelaki. Mereka semua senang berteman dengannya, bahkan minta diajarkan cara membuat dan memainkan layang-layang. Abigail sangat bahagia.

**

Ini hari baru. Abigail melangkah menuju kelasnya. Ia menghitung dalam hati. 1 …2…3. Sebentar lagi ia akan mencapai pintu kelas. 4 …5 …

“Abigail!” teriak teman-teman sekelasnya dari ambang pintu. Mereka berlari ke arahnya dengan gembira. Abigail tertawa.  Ia merasa dirinya diterima di sekolah itu.

Padang, 27 Agustus 2017

0

Resensi Film: Film Anak-Anak Jangan Ada Judinya, Dong!

Sebagai anak-anak, aku suka menonton film. Umumnya film anak-anak yang aku tonton dibuat oleh Hollywood atau Walt Disney. Beberapa di antara film anak yang menarik bagi aku adalah The Boss Baby, Sing, Inside Out, Coraline, dan The BFG. Film-film itu menarik bagiku karena rata-rata film itu menunjukkan bagaimana si tokoh mencari jalan keluar dari masalahnya, sehingga aku tahu, bahwa hidup ini penuh perjuangan, jadi jangan pernah menyerah dan selalu berpikir cerdas. Dari sekian film, ada beberapa film yang menjadi perhatianku, yakni, film-film yang katanya ditujukan untuk anak-anak, ternyata memuat adegan yang seharusnya hanya ada di film orang dewasa. Adegan yang kusorot disini adalah adegan yang memuat judi atau menjadikan kasino sebagai salah satu lokasi.
Dari beberapa film yang kutonton, setidaknya ada empat film yang memuat judi atau bertempat di kasino, misalnya Rango, Sing, Despicable Me 2, dan The Boss Baby.
Dalam film Rango, adegan perjudian terlihat ketika Rango memasuki sebuah kedai. Di sudut kedai, ada dua orang sedang bermain kartu, satu orang kalah dan dengan masam memberikan sekantong koin kepada pemenang. Kalau di film Despicable Me 2, adegan itu tampak di bagian awal yang mengambil lokasi di Kutub Utara. Di sebelah laboratorium rahasia, tampak dua orang sedang bermain kartu, dengan setumpuk uang di sebelahnya. Sedangkan, di Boss Baby, kasino ditampilkan sepintas sebagai latar belakang di gedung konvensi di Las Vegas. Adegan perjudian paling banyak terdapat di film Sing. Salah satu tokohnya, Mike si tikus bahkan seorang penjudi dan penipu. Dia curang ketika bermain judi dengan tiga beruang. Lucunya, di akhir cerita, dia selamat, seolah-olah judi itu tak ada pengaruhnya buat dia.
Aku bingung apa sebenarnya yang ingin disampaikan pembuat film-film ini. Padahal, kalau dilihat-lihat, penampilan adegan perjudian tak ada pengaruhnya terhadap jalan cerita. Menurutku, adegan-adegan ini tidak layak ada di film anak-anak karena, pertama, judi itu permainan orang dewasa, kedua, judi itu efeknya tidak baik karena bisa membuat orang bangkrut. Mempertontonkan hal ini kan sama artinya mengenalkan hal yang tidak baik buat anak-anak.
Menurutku, film anak yang baik itu, selain tidak ada adegan kekerasan dan orang dewasanya, seharusnya juga tidak mempromosikan kehidupan perjudian (atau bebas dari judi). Misalnya film Moana. Film itu menurutku bagus sekali karena menunjukkan keberanian, kasih sayang, hormat pada orang tua dan jangan berputus asa dalam hidup ini. Dan yang penting bebas dari judi.
Aku tidak tahu mengapa Hollywood dan Disney mempromosikan perjudian dalam film kartun mereka. Kupikir, sebaiknya, Hollywood dan Disney memperbaiki standar film anak-anak yang mereka buat sehingga hal-hal seperti ini tidak ada lagi di film anak mereka berikutnya.

0

Main Tebak-Tebakan, yuk!

Ada yang tahu buku ‘Gabriel Finley and the Raven’s Riddle’ gak? Bukunya seru, dan penuh teka-teki yang bisa kalian coba:

    1. Apa yang terbang tapi tak bersayap? –> dari Paladin, si Raven kecil
    2. . Apa yang kauambil dari orang lain padahal kau punya? –.> Paladin lagi >_<
    3. Aku berputar dari jam ke jam, setiap siang berganti malam. pulang tak kurang suatu apa. Tahukah kau mengapa? –> Paladin lagi!
    4. Ke seluruh bagiku mudah, angin utara jadikanku melimpah. bentukku beraneka, tak pernah bicara, di terang matahari aku binasa —> Valraven penjaga gerbang
    5. Aku kaudapat sejak lahir. aku ada sampai napasmu berakhir. Tapi jarang kaugunakan. Justru yang lain sering ucapkan. Apakah aku? —> Valraven penjaga gerbang lagi
    6. Aku duduk di tangga. Bisa kemana-mana. Datar jika turun selangkah. Naik selangkah aku jadi… fa!—> Valraven penjaga gerbang lagi!
    7. Apa yang bisa kauberi tapi tetap milikmu, cedera tapi tak bisa pulih?—> Corax
    8. Bayi tak punya aku. Orang tua terus menyebutku. Waktu jadi misteri tanpaku. Apakah aku?—> Gabriel, tokoh utama

Jawabannya nanti, ya. Untuk sementara, silahkan berpikir ria dulu 😛 .

Nanti Insya allah aku pos reviewnya ya. 😀

WIN_20170719_160724.JPG

Teka-teki nomor 7, halaman 372

 

0

Eskrim Orlos

Orlos, Orlos, rasanya pernah denger. Dimana ya? Entahlah. Oh ya, Eskrim Orlos ini bukan eskrim yang dibikin orang yang namanya Orlos ya, yang bikinnya ya, aku. Orlos singkatan dari… Tebak sendiri yaaa :p

Bahan:

2 kotak susu UHT 125 ml (1 kotak yang 250 ml juga bisa kok!)

Susu kental manis cokelat 1 sachet

Goriorio vanilla 4 bungkus (bisa juga oreo vanilla 2 bungkus) hancurkan

Chocolatos 2 buah, hancurkan

Cara Memanggang(ups, salah tulis, maksudnya Cara Membuat… :p )

1. Blender susu dan kental manis sampai merata

2. Masukkan goriorio, blender lagi

3. Masukkan pada cup-cup kecil

4. Letakkan Chocolatos diatasnya

5. Masukkan ke freezer hingga membeku (Iyalah, orang juga dah tahu, masukin ke freezer pasti mau dibekuen :p )

Dah jadi. Ini hasilnya waktu dah beku. O ya, oreo ya yang diblender dengan susu itu turun kebawah. Liat aja. O ya, udah ketebak nggak, kenapa namanya eskrim Orlos? Kata kuncinya ada di bahan. Oke? :p

BA-BAY SEMUA!!! JANGAN LUPA COMMENT YA !!! (Stop, stop! Telingaku mau pecah nih! -_-)

This slideshow requires JavaScript.

2

5 Hal yang Menurutku Salah di Buku Harry Potter

Gini, meskipun aku lovers-nya Harry Potter, aku nih pembaca yang kritis. (Banyak omong!) Jadi, ada beberapa hal yang menurutku salah atau gak masuk akal. Intip yuuuk!:

  1. Kenapa quiddicthnya selalu Gryffindorr versus Slytherin? Emang sih, pernah Gryffindorr versus Hufflepuff dan Slytherin versus… sapa ya? Lupa, entah Hufflepuff ato Ravenclaw. Kenapa nggak pernah Hufflepuff versus Ravenclaw? Kenapa selalu Gryffindorr dan Slytherin?
  2. Si Neville itu, di Harry Potter 7, kenapa dia tiba-tiba langsung jadi hero? Kalau J.K. Rowling memang mau menjadikannya pahlawan, ia harus mempersiapkannya sejak awal. Aku ngerti kok, kalo dia mau menjadikan si Neville yang selalu culun dan kikuk sampe ngelelehin kuali Seamus itu menjadi sosok yang tak terduga sehingga dia dianggap hebat atau gimanalah gitu. Tapi, si Neville di seri-seri sebelumnya dia tak pernah menunjukkan sikap se-hero itu. Kecuali mungkin waktu ia ikut Harry ke kementrian untuk membebaskan Sirius. Tapi di seri 7 ia menghancurkan Nagini, Horcrux Voldemort. Itu kan hero banget. Jadi, nggak ada pahlawan yang hadir secara instan. Ia harus dipersiapkan sejak sebelumnya.
  3. Semua orang selalu menganggap hanya Harry yang bisa mengalahkan Voldemort. Padahal, semua orang bisa melakukannya. Setiap orang punya kesempatan.
  4. J.K. Rowling sama sekali tak memberi kesempatan pada Si Draco Malfoy untuk berbuat benar. Ia selalu digambarkan, sombong, dimanjakan, jahat dan suka mengacau. Tapi menurutku ia tidak jahat. Ia hanya nakal. Meskipun menurutku dia agak kelewatan menyebut para kelahiran Muggle sebagai darah-lumpur. Buktinya, satu lagi, ketika ia menjadi Pelahap Maut dan ditugaskan membunuh Dumbledore. Ia sudah berhadapan dengan Dumbledore, dengan tongkat sihir teracung. Bahkan Dumbledore pun berkata ia sudah siap untuk mati. Ia sudah didesak oleh Bellatrix, Fenrir, dan lainnya. Tapi ia hanya berdiri dengan tongkat teracung tak mengucapkan sepatah mantra pun. Mungkin ia benci Dumbledore, tapi ia tak sanggup membunuh orang yang sudah mengajarinya baik dan buruk, benar dan salah selama enam tahun itu. Ingat aja, masa-masa sebelum Dumbledore mati ia gelisah karena diancam Voldemort keluarganya akan mati bila tak dilaksanakannya. Mengapa ia gelisah? Karena ia tak mau membunuh Dumbledore, tapi juga tak mau keluarganya mati. Itu buktinya ia baik. Semua orang punya kesempatan kan?
  5. Maunya di buku 7, tidak ada bab Sembilan Belas Tahun Kemudian…-nya. Memang, Hogwarts hanya selama tujuh tahun, tapi ia bisa membuat buku tentang kehidupan Harry sesudah ia keluar dari Hogwarts. Aku bilang gini soalnya katanya di majalah Bobo (yang edisi khusus Harry Potter itu lo) J.K. Rowling sedih karena akan mengakhiri dunia yang sudah digelutinya selama 17 tahun. Memangnya, kehidupan Harry Potter hanya sebatas Hogwarts? Kan dia bisa bikin kehidupan Harry sesudah keluar dari Hogwarts. (Udah aku  bilang ya?)

Itulah dia 5 hal yang menurutku salah di buku Harry Potter. Sori kalo ada fansnya  Harry Potter yang tersinggung…

0

Mimpiku

Hai, teman teman semuanya! Semuanya pasti pernah mimpi kam? Mau mimpi indah, buruk, lucu, aneh. Jadi, tadi malam aku mimpi aneh. Gini:

Jadi waktu itu malam, hujan lebat. Tiba tiba ada yang ngetok pintu. Ibuku suruh aku lihat lewat jendela. Kulihat. Agak samar sih. Kubilang ke ibuku “Nggak jelas bu,”.

“Tengok lagi,” kata ibuku. Maka kutengok ulang. Rupanya, diluar ada 3 anak. 2 anak gendut, satu pake baju hitam, satu pake baju krem. Yang ketiga badannya kecil dan bajunya kuning. Mereka megang kantong plastik. Kayaknya isinya kerupuk.

“Jual kerupuk kayaknya bu,” kataku. “Belilah. Nih, duit,” jawab ibuku sambil memberi sepuluh ribu.

Lalu kubuka pintu. “Mau kerupuk, dek?” Tanya anak baju hitam. Aku mengangguk. Kuambil tiga plastik kerupuk. “Berapa?”

“26 ribu,” kata si baju kuning. ” Apa?” Kataku, meyakinkan aku tidak salah dengar.

“76, bukan 26!” Ucap si baju krem. Haah?!

“Betul? Emangnya sebungkus berapa,” tanyaku.

“76 kali 4.”

“Hah?! Mahal amat,” kataku tercengang. Sebungkus 304? Kenapa 3 bungkus 76?

“76 kali 4!” Kata si krem. Nadanya memaksa.

” Mahal amat!” Kataku balas memaksa.

“Iih, nggak pandai ngitung ni anak!” Gerutu si kuning.

Aku cemberut. ” Nggak jadi aja kerupuknya deh. Mahal amat!”

Lalu kubanting pintu. “Nggak jadi kerupuknya?” Tanya ibuku. Aku menggeleng. “Mahal kali!”

Lalu kuhidupkan laptop. Mau nonton film anime. Ku sms juga Ante Yanti, teman ibuku yang tinggal di ujung. Sambil nonton, ku sms Ante Yanti.

Nte, jangan beli kerupuk yang di jajain tiga anak nte! Mahal kali!

Lalu kukirim. Lalu kubuka blogku dan nulis kejadian tadi

‘… Barangkali mereka libur sekolah…’ Aneh banget rasanya waktu aku dah bangun. Soalnya kan waktu itu malam, hari minggu pula.

Lalu, cemas sms ku gak dibalas, aku pergi ke tempat ante yanti. “Bu, tempat Ante Yanti ya!”

Sampai situ, kulihat Ante sama Anna, anaknya yang masih bayi lagi duduk di teras.

“Kak, tadi Ante sama Anna lagi di dalam. Terus ada yang panggil asalamualaikum, asalamualaikum, dari luar pagar. Trus, Anna teriak, Tak ada! Terus mereka pergi, kayaknya Anna tahu bakal ada masalah,” Cerita Ante Yanti. Masalah! Cemas, aku keluar. Kulihat rumah Kaila temanku diseberang.(Aneh, padahal sebenarnya rumahnya bukan disitu). Dia sedang makan kerupuk di halamannya sambil ngeliat bangunan tinggi di belakan rumahnya. Langsung saja aku teriak. ” Kailaaaaaaa! Jangan dimakan!!”

Anak baju kuning cepat cepat bilang ke Kaila. ” Jangan pedulikan.”

Aku lari kesana. Kuguncang guncang dia. “Kaila, kerupuknya beracun! Jangan dimakan! Lagian mahal juga!” Pekikku. Kaila tampak heran.

“Beracun? Mahal? Apa yang kau bicarakan? Apa itu beracun? Apa itu mahal?” Tanyanya bingung.

Mendadak aku panik. Segera aku berlari ke rumahku. Rupanya keluargaku juga sudah memakan kerupuk itu. Rupanya waktu aku ke tempat Ante yanti dibeli sama adikku. Trus semuanya ikut makan. Trus, Kubilang ke ayahku.”Ayah, itu kan kerupuknya mahal!”

“Mahal? Tidak, kok. 76 tidak mahal. Justru yang mahal itu seribu.”

Lalu si uni dipasangnya plastik kerupuk itu ke kakinya. Semuanya ikut-ikutan. Lalu semuanya jadi besar dan berkutil.

Karena takut, aku terjatuh. Tiba tiba ibuku berkata.”Eh uni dah bangun” (Aneh, padahal sebelumnya si uni di sebelahku, lalu sudah di kamar dan baru bangun). Merasa mendapat kesempatan kabur, aku berlari sekencang-kencangnya dan menabrak pintu. Lalu aku terbangun. Waktu terbangun itulah aku sadar. Tiga anak penjual kerupuk itu mungkin ingin menguasai dunia. Mereka jual kerupuk enak dan beracun mahal mahal supaya mereka kaya. Lalu dengan racun itu orang orang jadi bodoh dan gila. Lalu mereka akan gampang menguasai dunia.

Aneh ya, mimpiku. Tapi soal mereka mau menguasai dunia dengan kerupuk beracun, bisa saja terjadi di dunia nyata. Nggak perlu lewat kerupuk beracun. Lewat apa sja bisa. Misalnya? Peker sendere… 😛

Oh ya, aku nggak ngerti bagian ini:

“76 kali 4!” Kata si krem. Nadanya memaksa.

” Mahal amat!” Kataku balas memaksa.

“Iih, nggak pandai ngitung ni anak!” Gerutu si kuning.

Entah si kuning mau menguji sepandai apa aku dalam matematika sehingga gampang ditipu, atau dia mau minta duit sebanyak 304?

Entahlah. Banyak kemungkinan, menurutku. Kalau menurut kalian tahu, isi kotak comment ya…

😛

Salam Mimpi Aneh Sedunia,                                                                       Ayesha

 

 

 

 

 

 

 

0

Pemberitahuan

Teman teman semua, majalah Pelangi edisi 7 nya mohon ditunggu sebentar ya, karena, lagi nggak ada ide. Temanya sahabat, tapi isinya belum terancang. Ada yang punya ide? Kalau ada, isi kotak comment ya…

0

Adikku yang Lucu (part 2)

Ini sebenarnya sejak dulu sudah kutulis, tapi nggak sempat2 di publish.

Aku buat ini sekitar bulan maret minggu kedua atau ketiganyalah:

Hari ini, ketika kami sedang makan siang, adikku berulah lagi.

Awalnya, ketika dia sedang makan nasi sup, ayahku melihat kucing mau masuk ke rumah lewat pintu yang terbuka. “Hus, hus!”

Si Mahreen segera berdiri dan berlari keluar. “Hus! Hus! Syuh!” katanya. Nadanya lucu sekali, sehingga kami tertawa. “Hus! Hus! Lebih hus! Lebih hus!” teriaknya ke si kucing.

Aku dan Alifa, adikku yang umurnya enam tahun, tertawa terbahak-terbahak. Aku bilang, “Maksudnya, Lebih banyak hus! Lebih banyak hus!” kataku sambil terbahak-bahak.

Kemudian, ketika dia selesai makan nasi sup, dia pergi ke kamar. Di depan pintu kamar ada bantal.

“Ha, ini rumah Ain. Tu pintunya (menunjuk bantal). Ini pagarnya (mengayunkan daun pintu),” ujarnya.

Aku tertawa. Alifa juga. “Ha, masak, pintunya diluar pagarnya didalam?” kataku pura-pura bingung.

“Buuukan… Ii-tuu pagarnya…(nunjuk bantal)Ini pintunya(nunjuk pintu),” katanya polos. Aku tertawa lagi.

Lalu, ketika aku dan Alifa melanjutkan makan, Mahreen berkata pada aku, Alifa, dan ayahku.

“Masuk, masuk…! Kenapa kamu diluar?” serunya.

Aku melongo. Lalu tertawa. “Kan, kakak maunya diluar,” kataku.

“Ma-suk! Kalau nggak, nati Ain panggil hantu sama monsternya, supaya suruh ayah, uni (si Alifa) dan kakak masuk!” kata Mahreen.

Kami diam saja. Dalam hati sebenarnya kami geli.

“Ha, tu hantu sama monsternya,” katanya sambil menunjuk kebelakangnya.

“Mana? Nggak ada do, adanya pintu,” Alifa tertawa, aku juga.

“Adanya pintu, lemari, kipas angin,” lanjutku. Susah sebenarnya, karena aku ketawa juga.

Dia pura-pura nggak peduli.

Hahahaha!

Kata Mahreen: Aku cantik. Terimakasih! (entah apa hubungan aku cantik dengan cerita ini!)

0

Chobancake

😛

Tahu maksudnya?: CHOco BANana CAKE.

Bikin yuuuk:

Bahan:

1 butir telur itik, kocok

3 buah pisang (pisangnya terserah)

2 sdm cokelat bubuk asli

3 sdm gula pasir

 

Cara Membuat:

  1. Campur cokelat bubuk dengan gula pasir, aduk.
  2. Potong-potong pisang sesuai selera.
  3. Celupkan pisang ke telur.
  4. Gulingkan pisang ke cokelat bubuk.
  5. Panggang di oven selama 10-15 menit.Gulanya meleleh dan rasanya… 🙂

Bisa juga digoreng. Kalau aku, sesudah digoreng kubekukan.

Sekian, daaaah…